Pages

Thursday, August 29, 2019

Makalah Ilmu Pertanian Umum "Teknologi Pertanian"


BAB 1. PENGANTAR TEKNOLOGI PERTANIAN

1.1              Pengertian Teknologi Pertanian
Teknologi pertanian adalah alat dan cara mempergunakannya dalam proses kegiatan pertanian yang meliputi alat-alat yang berupa perkakas, bibit, pupuk, dan obat pembasmi hama tanaman. Sesuai dengan perjalanan waktu kemajuan-kemajuan yang di alami oleh masyarakat di bidang pengetahuan maupun bidang pembangunan fisik teknologi pertanian yang digunakan berubah dari peralatan tradisional menjadi peralatan yang lebih modern (Depdikbud, tanpa tahun:150).
1.2              Keteknikan Pertanian
            Teknik Pertanian merupakan pendekatan teknik secara luas dalam bidang pertanian yang sangat dibutuhkan untuk melakukan transformasi sumberdaya alam secara efisien dan efektif untuk pemanfaatannya oleh manusia.  Dengan demikian dalam sistematika keilmuan, bidang ilmu teknik pertanian tetap bertumpu pada bidang ilmu teknik  untuk memecahkan berbagai permasalahn di bidang pertanian.
Menurut Harsono (1998: 5) bahwa Keteknikan Pertanian meliputi bidang-bidang:
1.        Alat dan mesin budidaya pertanian, yang menelaah persoalan kebutuhan tenaga dan alat-alat dibidang pertanian.
2.        Teknik tanah dan air, yang menelaah persoalan dalam hubungan dengan keadaan teknik tanah dan tata air.
3.        Alat dan mesin-mesin pengoalahan hasil yang menelaah persoalan penggunaan mesin-mesin yang dipakai dalam usaha menyiapkan hasil pertanian untuk langsung dipergunakan atau disimpan, juga menelaah pemakaian listrik untuk pertanian, bangunan pertanian dan perlengkapan.
4.        Instrumentasi pertanian yang menelaah permasalahan instrumentasi yang erat hubungannya dengan teknologi pertanian, elektronika, dan sebagainya.

1.3         Mekanisasi Pertanian
Penerapan mekanisasi pertanian dapat memicu perubahan-perubahan besar seperti kenaikan produksi dalam jumlah “output” total usaha tani, dengan jam kerja lebih sedikit dalam usaha tani (Smith dan Wilkes, 1990:4).
Menurut Hardjosentono et al. (1978:2), ruang lingkup dan penerapan mekanisasi pertanian berhubungan dengan enam kemajuan-kemajuan bidang lain meliputi:
1.    Bidang Mesin Budidaya Pertanian, yang digunakan untuk produksi tanaman dan ternak. Contoh mesin untuk produksi tanaman adalah mesin pengolah tanah, mesin tanam, sprayer dan mesin pemanenan.
2.    Bidang Teknik Konservasi Tanah dan Air, yang mempelajari tentang keadaan tanah dan pengairan. Contoh penerapan di bidang tanah yakni pita ukur, abney level, compas survey.
3.    Bidang Pembangunan Pertanian, membahas gedung-gedung, bangunan-bangunan, perlengkapan pertanian. Contohnya jembatan beserta konstruksi,  jalan dan sarana telekomunikasi.
4.    Bidang Elektrifikasi Pertanian, mempelajari pemakaian dan penggunaan energi listrik dalam bidang pertanian. Contohnya lampu sebagai pengusir hama, dan lain-lain;.
5.    Bidang Mesin-mesin Pengolahan Hasil Pertanian, yang menelaah penggunaan mesin yang dipakai dalam usaha menyiapkan hasil pertanian. Contohnya alat penggiling tepung, alat pemipil jagung, dan lain-lain;
6.    Bidang mesin-mesin pengolahan pangan yang membahas tentang penggunaan alat serta syarat yang diperlukan bagi suatu pengolahan pangan. Contohnya alat yang digunakan dalam proses produksi yogurt, keju dan mentega.






BAB 2. TEKNOLOGI PRA PANEN

2.1       Pengolahan Lahan
Pengolahan tanah adalah penyiapan tanah untuk penanaman dan proses mempertahankanya dalam keadaan remah dan bebas dari gulma selama pertumbuhan tanaman budidaya. Tujuan utama dan maksud dasar pengolahan tanah dibagi dalam 3 fase : (1) mempersiapkan bedengan benih yang sesuai, (2) memberantas gulma pesaing, dan (3) meningkatkan kondisi fisik tanah. Peralatan yang digunakan oleh petani untuk memecah dan meremahkan tanah sampai suatu kedalaman 15,2 sampai 91,4 cm dikenal dengan alat pengolah tanah primer, yang mencangkup bajak singkal, bajak piringan, putar, garu piring, garu pegas, dan bajak tanah sawah (Smith et al., 1990: 187).
2.2       Penanaman
            Dalam penanaman, jarak tanam harus diperhatikan. Jarak tanam manual pada tanaman semusim rata-rata 25x25 cm dan untuk tanaman keras jarak tanamnya rata-rata 3x7 meter. Pada penanaman yang menggunakan mesin transplanter, jarak tanamnya yaitu 10 cm, 13 cm, dan 15 cm. (jumin, 2008: 46). Cara penanamannya beragam, antara lain :
1.      Disebarkan
Sering petani menanam biji dengan cara disebarkan saja. Tanaman yang nantinya akan sulit dalam hal perawatannya, sedangkan tanaman yang terlalu jarang akan berakibat pada jarak tanam yang tidak beraturan.
2.      Dimasukkan dalam lubang
Sebelum ditanam, tanah dilubangi terlebih dahulu dengan tongkat atau cangkul dengan jarak tanam yang teratur. Kemudian bijidapat ditanam dengan jarak tanam yang rapat dan teratur.


3.      Menanam dalam larikan
Biji ditanam dalam larikan mengikuti alur brujul. Dalam hal ini sering digunakan untuk tanaman jagung dan kacang tanah.
2.3       Pemeliharaan
Pemeliharaan merupakan proses perawatan tanaman. Pemeliharaan sebenarnya meliputi pemupukan, penyiangan, dan pengairan. Pemeliharaan dilakukan agar hasil panen suatu komoditas menjadi lebih baik.
2.3.1 Pemupukan
Pemupukan secara umum bertujuan untuk menjaga tetap terpeliharanya unsur hara dalam tanah, mengurangi bahaya erosi, dan meningkatkan pertumbuhan dan produksi tanaman. Menurut Marsono dan Sigit (2001:5) dosis adalah jumlah pupuk yang harus diberikan atau yang dianjurkan untuk persatuan tanaman atau persatuan lahan. Sebagai contoh, kebutuhan pupuk kandang tanaman cabai 20 ton per Ha, mangga 50 kg per pohon. Pemupukan urea pada rumput 100 gram per meter2, dan tanaman sayuran 10 gram per pohon.
Tata cara pemupukannya antara lain :
1.      Penebaran secara merata di atas permukaan tanah
Cara ini dilakukan sebelum penanaman. Cara ini menyebabkan distribusi unsur hara dapat merata sehingga perkembangan akar lebih seimbang.
2.      Pop Up
Dilakukan dengan cara memasukkan ke lubang tanam pada saat penanaman bibit. Pupuk yang digunakan jenis SP36 dan pupuk organik.
3.      Penugalan
Caranya menempatkan pupuk ke dalam lubang samping tanaman sedalam 10-15 cm. Lubang tersebut dibuat dengan alat tugal. Setelah pupuk dimasukkan, tutup kembali lubang dengan tanah (Novizan, 2002:82).
2.3.2 Penyiangan
Lahan yang diolah sempurna memang tampak sudah bersih dari berbagai macam benih tanaman pengganggu atau gulma. Namun, kenyataannya masih saja tumbuh tanaman liar atau tanaman pengganggu seiring dengan tumbuhnya tanaman. Oleh karena itu, penyiangan sangat diperlukan agar tanaman dapat tumbuh sempurna sehingga produktivitasnya menjadi tinggi.
Penyiangan dilakukan dengan cara pencabutan gulma. Gulma yang sudah dicabut dapat dibuang ke luar area sawah atau dipendam dalam lumpur sawah sedalam-dalamnya. Dalam hal ini dapat menggunakan peralatan seperti kultivator dan sprayer.
2.3.3 Pengairan
Seluruh keperluan air bagi tanaman dan untuk kelembapan tanahnya dicukupi oleh ketersediaan air permukaan dan air tanah. Sumber air permukaan yaitu sungai, danau, waduk, dan curah air hujan. Ketersediaan air pengairan bagi pertanian itu berbeda-beda tergantung pada musim, lokasi sumber air, dan usaha-usaha konservasi air. Namun demikian, ketersediaan air pengairan yang cukup banyak akan tetapi tidak bebas dari pencemaran dan bahan-bahan buangan yang dapat meracuni tanaman, maka sumber air demikian tidak dapat dimanfaatkan. Secara sederhana dapat menggunakan sumur gali atau dengan gembor. Sedangkan secara modern bisa dengan pompa air maupun sprinkle. (Kartasapoetra et al., 1994:7).
Jaringan irigasi dapat dibedakan kedalam tiga jenis yaitu:
1.      Irigasi sederhana (Non Teknis)
Jaringan irigasi sederhana biasanya diusahakan secara mandiri oleh suatu kelompok petani pemakai air, sehingga kelengkapan maupun kemampuan dalammengukur dan mengatur masih sangat terbatas. Ketersediaan air biasanya melimpah dan mempunyai kemiringan yang sedang sampai curam, sehingga mudah untuk mengalirkan dan membagi air. Jaringan irigasi sederhana mudah diorganisasikan karena menyangkut
pemakai air dari latar belakang sosial yang sama. Namun jaringan ini masih
memiliki beberapa kelemahan antara lain, terjadi pemborosan air karena banyak air yang terbuang, air yang terbuang tidak selalu mencapai lahan di sebelah bawah yang lebih subur, dan bangunan penyadap bersifat sementara, sehingga tidak mampu bertahan lama.

2. Irigasi teknis
Jaringan irigasi teknis mempunyai bangunan sadap yang permanen. Bangunan sadap serta bangunan bagi mampu mengatur dan mengukur. Disamping itu terdapat pemisahan antara saluran pemberi dan pembuang. Pengaturan dan pengukuran dilakukan dari bangunan penyadap sampai ke petak tersier. Petak tersier menduduki fungsi sentral dalam jaringan irigasi teknis. Sebuah petak tersier terdiri dari sejumlah sawah dengan luas keseluruhan yang umumnya berkisar antara 50 – 100 ha, kadang-kadang sampai 150 ha. Petak tersier menerima air di suatu tempat dalam jumlah yang sudah diukur dari suatu jaringan pembawa yang diatur oleh Dinas Pengairan. Untuk memudahkan sistem pelayanan irigasi kepada lahan pertanian, disusun suatu organisasi petak yang terdiri dari petak primer, petak sekunder, petak tersier.

3.   Irigasi Tetes
Irigasi cucuran, juga disebut irigasi tetesan (drip), terdiri dari jalur pipa yang ekstensif biasanya dengan diameter yang kecil yang memberikan air yang tersaring langsung ke tanah dekat tanaman. Alat pengeluaran air pada pipa disebut pemancar (emitter) yang mengeluarkan air hanya beberapa liter per jam. Dari pemancar, air menyebar secara menyamping dan tegak oleh gaya kapiler tanah yang diperbesar pada arah gerakan vertikal oleh gravitasi. Daerah yang dibatasi oleh pemancar tergantung kepada besarnya aliran, jenis tanah, kelembaban tanah, dan permeabilitas tanah vertikal dan horizontal.

BAB 3. TEKNOLOGI PANEN & PASCA PANEN
3.1       Panen
Pelaksanaan panen dapat dilakukan bila sudah melebihi umur masak fsikologis atau lebih dari 95% gabah telah menguning. Tanaman padi gogo dapat dipanen pada umur sekitar 110 sampai 130 hari tergantung varietasnya, sedangkan varietas lokal ada yang berumur lebih dari 5 bulan. Cara penen varietas lokal umumnya berikut malainya atau secara gegasan dengan menggunakan alat ani-ani atau ketam, cara panen seperti ini memerlukan varietas padi yang tahan rontok. Untuk varietas unggul biasanya menggunakan sistem babat bawah kemudian di gebok seperti panen padi sawah biasa.
a.       Pemanenan tradisional  padi menggunakan sabit selain banyak butir gabah yang rontok  juga butir gabah masak(tua) dan belum masak (muda) akan terpanen sekaligus.Untuk mengurangi kerontokan menggunakan sabit bergerigi.
b.      Pemanenan padi secara modern menggunakan mesin Combine Harvester 72 PK/TK. Mesin pemanen jenis ini merupakan alat pemotong dan pengumpul yang dikombinasikan dengan alat perontok,pemisah gabah dari tungkai dan kotoran lainya, sehingga sehingga dengan menggunakan alat pemanen ini akan dieroleh gabah bersih.
c.       Pemanenan jagung dengan dengan tangan atau dengan menggunakan sabit (Kartasapoetra, 1989: 201-222). Sedangkan yang modern yaitu dengan menggunakan Ensilage harvester. Mesin ini bekerja dengan tahapan pembabatan, pengumpulan, pemisahan buah dari batang dan kulit, kemudian masuk ke proses selep hingga keluar sudah menjadi pipilan. Panen menggunakan mesin ini lebih mudah dan efisien.


3.2       Pasca Panen
Menurut Kartasapoetra (1989: 3-4),  beberapa kegiatan atau perlakuan sangat diperlukan secara lebih hati-hati misalnya dalam pengeringan, penyortiran, pengolahan hasil, penyiapan wadah dan penyimpanan hasil.Tujuan pengolahan atau pengolahaan yaitu agar:
a.              buah atau hasil tanaman yang telah dipungut tetap dalam keadaan baik mutunya atau segar seperti waktu diambil.
b.             hasil tanaman menjadi lebih menarik dalam sifat-sifatnya (warna, rasa, atau aroma).
c.              hasil tanaman dapat memenuhi standar perdagangan menarik para konsumen individu atau industri.
d.             hasil tanaman selalu dalam keadaan siap dengan mutu yang terjamin untuk dijadikan bahan baku bagi para kosumen industri yang memerlukanya.
e.              hasil tanaman dapat dicegah dari kerusakan dan atau dapat diawetkan lebih lanjut dengan baik untuk sewaktu-waktu digunakan atau dilempar kepasaran dengan kualitas yang dapat terjamin.
3.2.1 Penanganan dan pengolahan
Menurut Kartasapoetra (1989: 143) petani sebagai produsen hasil tanaman  dan produk tanamannya memiiki  permintaan yang tinggi di masyarakat sehubungan dengan itu pelaksanaan panen, petani produsen sedapat mungkin harus mempunyai rencana khususnya untuk memenuhi permintaan pasar yang segera membutukan atau memenuhi permintaan pasar yang tidak segera. Untuk menghadapi itu maka produk tanaman setelah dipanen, haruslah mendapat penanganan khusus mulai dari pemanenan, perontokan, penyortiran, pembersihan, pedinginan, pengeraman, pengepakan penyiapan gudang, dan pengangkutan.

3.2.2   Perontokan dan Pemipilan

Cara perontokan dapat dilakukan dengan cara diiles/diinjak-injak atau perontokan dengan dipukul dan dibanting. Selain itu dapat menggunakan mesin tresher  cara ini adalah cara mekanis. Tresher dapat berupa pedal tresher (digerakkan dengan tenaga manusia) dan  drum tresher (digerakkan dengan tenaga listrik) atau  Combine Tresher misalnya silinder perontok yang bergerigi, gigi perontok yang terbuat dari kawat baja, blower dan elevator yang berfungsi mengangkut gabah yang rontok keluar disampaikan ketempat penampungan. (Kartasapoetra, 1989: 203-204).
Pemipilan jagung menggunakan tangan dengan alat bantu kayu diberi lubang bergerigi. Alat yang lebih maju dengan dengan Com Sheller yang dijalankan dengan motor (Kartasapoetra, 1989: 222-223).

3.2.3   Penyortiran

Penyortiran, dalam hal ini ialah pada buah mangga sebaiknya tidak terbatas pada pemisahan buah kedalam golongan yang keadaannya besar, sedang, dan kecil saja. Melainkan  juga mencakup buah yang rusak atau tidak rusak, buah yang masak optimum dan masih mentah dengan standart yaitu: kualitas baik (matang dengan ukuran antara 17,5-22,5 cm tanpa cacat, kualitas menengah (matang/hampir matang dengan ukuran 15-17,5 cm), dan kualitas rendah (hampir matang tanpa cacat dengan ukuran 15 cm, sedangkan buah mangga yang cacat dan masih muda diolah lebih lanjut sebagai manisan atau asinan yang juga banyak permintaanya (Kartasapoetra, 1989: 144).

3.2.4   Pembersihan

Teknologi pembersihan pada buah mangga yang telah disortir selanjutnya dicuci, setelah bersih dan di tiriskan agar terbebas dari sisa-sisa air ditempatkan di tempat tertentu menurut golonganya. Sementara buah yang tidak perlu mendapat perlakuan pengemposan atau pemeraman di tempatkan di ruang pendinginan agar buah itu tetap segar (Kartasapoetra, 1989:).
Sedangkan pada pembersihan padi dengan menggunakan kipas angin, ditampi, diayak dengan menggunakan alat blower manual (blower yang di jalankan dengan tangan) atau dengan mesin pembersih winower (alat pembersih gabah) (Kartasapoetra, 1989: 205).


3.2.5   Pengawetan
       Pengawetan Pangan ditujukan untuk mencegah terjadinya perubahan-perubahan yang tidak diinginkan pada produk pangan, yaitu menurunnya nilai gizi dan mutu sensori bahan pangan, dengan cara mengontrol pertumbuhan mikroorganisme, mengurangi terjadinya perubahan-perubahan kimia, fisik dan fisiologis alami yang tidak diinginkan, serta mencegah terjadinya kontaminasi. Ada tiga konsep metoda pengawetan yang umum dijalankan yaitu Pengawetan secara kimiawi, Pengawetan secara biologis dan Pengawetan secara fisik.

1.      Pendinginan
Teknologi pendinginan pada buah mangga secara alami biasanya sebagai refrigerant digunakan es, udara dekat es menjadi dingin, berat jenisnya menjadi besar dan bergerak ke bawah dan selanjutnya berhubungan  dengan buah mangga yang didinginkan. Dari buah mangga tersebut mendapatkan panas (penguapan) karena berat jenisnya lebih kecil akan bergerak ke atas selanjutnya kontak kembali dengan es (refrigerant), temperatur menjadi lebih dingin, bergerak turun menyelimuti buah-buah mangga sehingga keadaannya dingin sekali. Pendinginan secara alami memiliki beberapa kelemahan, karena refrigerant (es) terus menerus harus diganti,temperatur terendah yang dapat dicapai hanya pada suhu 00C.
Teknologi pendinginan secara mekanis yaitu dengan menggunakan alat bantu kompresi yang dalam cara pendinginannya dipakai uap yang diberi tekanan. Dengan sistem kerja mesin yaitu refrigant mengalir dengan tekanan tinggi mengalir dari tangki satu melalui kelep pengatur yang selanjutnya masuk keruang pendingin, penyerapan panas dari mangga berlangsung di ruangan ini sehingga refrigerant menguap. Uap refrigerant dihisap oleh kompresor selanjutnya dilewatkan kondesor  dan dalam keadaan cair masuk kedalam tangki sehingga dapat digunakan lagi.Dalam penggunaan alat ini sebagai medium pendingin pada kondesor adalah air dan udara. Kelep kontrol gunanya untuk mengatur kecepatan pendinginan.Fungsi refrigerant dalam pendinginan secara mekanis merupakan media pemindah panas (Kartasapoetra, 1989: 146-147).

2.      Pengeringan
Menurut Kartasapoetra (1989: 208-209) bahwa pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu sebagai berikut.
a.         Pengeringan gabah secara alami dilakukan di atas lantai gabah dihamparkan stebal 3-5 cm ,ketika sudah kering melakukan pembalikan dengan sekop (Kartasapoetra, 1989: 208-209).
b.         Berbagai bentuk alat pengering mekanis dapat diuraikan antara lain sebagai berikut: alat pengering yang berbentuk rotari (tunnel dryer) yang dapat berputar, yang khusus diperuntukan pengeringan hasil tanaman berbentuk biji-bijian seperti: padi, jagung pipilan, kedelai, sorgum dan lain-lain; alat pengering berbentuk silinders (drum dryer) alat pengering ini khusus digunakan untuk pengeringan bahan cairan yang berasal dari tanaman, seperti sari buah (air buah-buahan, sari kedelai dan lain-lain yang brrbentuk tepung; alat pengering gabah jenis Batch Dryer, alat ini pengering gabah ini terdiri dua bagian, yaitu: kotak pengering dan bagian pemanas udara yang dilengkapi heater (pemanas) dab blower untuk menghembuskan udara kedalam kotak atau ruangan pengering (Kartasapoetra, 1989: 208-209).
3.      Manisan
Teknologi membuat manisan merupakan salah satu cara pengawetan makanan yang sudah diterapkan sejak dahulu kala. Perendamanan manisan akan membuat adar gula dalam buah meningkat dan kadar airnya berkurang. Keadaan ini akan menghambat pertumbuhan mikroba perusak sehingga buah akan lebih tahan lama. Ada dua jenis manisan yang biasa terdapat di Indonesia, yaitu:
a.       Basah
Manisan basah adalah manisan yang diperoleh setelah penirisan buah dari larutan gula.Manisan basah mempunyai kandungan air yang lebih banyak dan penampakan yang lebih menarik karena serupa dengan buah aslinya. Biasanya dibuat dari buah yang keras. Contoh buah untuk manisan basah adalah kolang kaling, mangga, kedondong

b.      Kering
Manisan kering adalah manisan yang diperoleh setelah buah ditiriskan kemudian dijemur sampai kering. Manisan ini memiliki daya simpan yang lebih lama, kadar air yang lebih rendah, dan kadar gula yang lebih tinggi. Biasanya dibuat dari buah yang teksturnya lunak. Contohnya buah untuk manisan kering adalah bengkuang dan jambu mete.
3.2.6   Pengepakan
Alat pengepak mangga yang baik adalah kotak-kotak kayu yang kering, biasanya ukurannya 60×28,5×28,5 cm, kayu penutup bagian sisi-sisinya dibuat jarang-jarang yang memungkinkan areasi berlangsung. Kotak kayu perlu dilapisi jerami/serabut kelapa/daun pisang dan nantinya akan disusun 30-50 buah mangga  (Kartasapoetra, 1989: 150).

3.2.7   Penyimpanan dalam Gudang
Penyimpanan buah mangga yang sudah dipak dimasukan kedalam gudang, dipertahankan dengan baik, bersih dan tidak bercampur bagi penempatan produk tanaman lainnya yang mengeluarka bau yang dapat mempengaruhi, seperti koran dan lain-lainya. (Kartasapoetra, 1989: 150).
Gabah kering yang telah dimasukkan ke dalam karung disimpan di dalam ruang penyimpanan. Dengan pengalas kayu, ada lorong pemisah, ada lubang ventilasi dan  setiap  3 minggu sekali diberi 5 tablet fostoksin untuk memberantas hama. Penyimpanan gabah kering dalam Silo, alat ini dilengkapi dengan sistem pengeringan dan aerasi, karena gabah harus terjaga kadar ainya agar tetap rendah. (Kartasapoetra, 1989: 214-216).

3.2.8   Pengangkutan untuk Penjualan
Menurut Kartasapoetra (1989: 150-151) bahwa untuk memenuhi kebutuhan pasar dan mempermudah mengangkut hasil tanaman maka diperlukan beberapa teknologi antara lain penjualan menggunakan kendaraan bermotor, kereta api, atau pesawat. Semua itu dapat digunakan dalam kegiatan ekspor, namun diperlukan penanganan agar produk tidak rusak.

BAB 4. PEMBAHASAN

Seiring dengan pertumbuhan penduduk dari tahun ke tahun yang terus mengalami peningkatan, masalah yang timbul ialah pencukupan akan kebutuhan pangan. Untuk dapat memenuhi kebutuhan pangan manusia maka terjadi perkembangan dibidang pertanian, yaitu dibidang teknologi. Dengan penggunaan teknologi yang maju atau dengan kata lain modern, maka akan dapat mempertinggi efisiensi usaha manusia dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi pertanian pada umumnya. Sehingga dapat memenuhi masalah pemenuhan kebutuhan pangan manusia.
Dalam teknologi pra panen dengan cara tradisional, petani banyak mengeluarkan biaya dikarenakan dalam pengolahan lahan yang masih menggunakan tenaga yang lebih dari hewan dan manusia. Pada pengolahan tanah dipergunakan alat-alat antara lain: cangkul, garu, luku, sligi, dan alat-alat tersebut sudah semenjak dahulu dipakai. Sedangkan dengan cara modern yang menggunakan mesin, misalnya traktor; lebih efektif dan efisien baik dalam segi tenaga, waktu, dan biaya. Namun, penggunaan traktor masih jarang di kalangan petani dikarenakan lahan pertanian yang sempit atau dtruktur tanahnya yang tidak memungkinkan dipakai traktor. Disamping itu, kemampuan ekonomi petani yang terbatas. Pemupukan yang menggunakan alat modern seperti semprot (spryer) atau pompa, dapat meringankan pekerjaan petani di sawah. Jadi, dalam teknologi pra panen sebaiknya menggunakan teknologi modern tetapi juga harus memperhatikan luas lahan yang dimiliki dan ekonomi petani.
Untuk menghasilkan hasil tanaman yang berkualitas diperlukan penanganan pasca panen sehingga dapat memenuhi dan memuaskan apa yang dibutuhkan masyarakat. Pasca panen meliputi beberapa tahapan mulai dari pemanenan sampai pengangkutan ke pasar. Seorang petani biasanya kurang mengetahui pentingnya kegiatan penanganan dan pengolahan lepas panen sehingga hasil panen yang dianggap baik menjadi buruk karena penanganan yang jelek. Beberapa petani masih menggunakan alat tradisional padahal kebutuhan pasar itu memerlukan sesuai dengan keadaan.

BAB 5. KESIMPULAN

          Teknologi pertanian adalah alat dan cara mempergunakannya dalam proses kegiatan pertanian. Dalam teknologi pertanian, sesuai dengan tahap-ahap kegiatan dibedakan dalam beberapa hal yaitu teknologi pengolahan tanah, teknologi penanaman dan pemeliharaan tanaman serta teknologi pemungutan dan pengolahan hasil. Yang mencangkup dua kegiatan pra panen dan pasca panen, dimana masing – masing kegiatan ini mempunyai alat – alat yang tradisional dan modern. Dalam penggunaannya masing – masing mempunyai kekurangan dan kelebihan.


DAFTAR PUSTAKA


Adisarwanto, T & Widyastuti, Y. E. 2000. Meningkatkan Produksi Jagung. Jakarta: Penebar Swadaya.
Depdikbud. (Tanpa tahun). Teknologi Pertanian Tradisional sebagai Tanggapan Aktif Masyarakat terhadap Lingkungan di Daerah Pekalongan. Jakarta: Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.
Hardjosentono, Wijanto, Rachlan, Badra dan Tarmana. 1996. Mesin-Mesin Pertanian. Jakarta : Bumi Aksara.
Harsono, S. S. 1998. Pengantar Teknologi Pertanian. Jember: Badan Penerbit Universitas Jember.
Jumin, H.B. 2008. Dasar-Dasar Agronomi. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
Kartasapoetra, A. G. 1989. Teknologi Penanganan Pasca Panen. Jakarta: Penerbit Rineka Cipta.
Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan yang Efektif. Jakarta: AgroMedia Pustaka.
Smith, H.P. & Lambert H. 1990. Mesin dan Peralatan Usaha Tani. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.



No comments:

Post a Comment