BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak (biodiesel) dan minyak makan. Dalam perkembangannya melalui produknya yaitu minyak kelapa sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri pangan maupun non pangan dalam negeri.
Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan penyinaran yang normal dimana lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari. Oleh karena itu jarak penanaman kelapa sawit dibuat dengan ukuran 9 x 9 x 9 m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghindari etiolasi. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1.500 - 4.000 mm pertahun. Temperatur (suhu) yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24⁰-28⁰C. Jadi ketinggian yang ideal untuk kelapa sawit antara 1 - 500 mdpl. Kelembapan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit antara se kitar 80 - 90 % dan kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Jenis diantaranya yaitu dura, tenera, dan pisifera (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).
1.2 Teknik Budidaya Kelapa Sawit
Menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap ditanam di perkebunan juga memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional. Metode pembibitan kelapa sawit biasanya menggunakan polibag nursery (bibit diletakkan didalam polibag). Pembibitan nursery dapat dibedakan menjadi single stage (tidak ada pembibitan awal) dan double stage (melalui tahapan awal). Perbedaan keduanya terletak pada teknis pembibitan dan aplikasinya dilapangan. Single stage artinya kecambah langsung ditanam didalam polibag besar, sebaliknya double stage, kecambah ditanam terlebih dahulu didalam polibag kecil (tahapan pembibitan awal), kemudian setelah berumur 2 - 3 bulan dipindahkan kedalam polibag besar (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).
1.3 Pengolahan Lahan
Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi dan topografi lahan. Sebelum dibuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman.
Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik uatama (kesesuaian lahan aktualditambah teknologi dan modal). Sementara itu karakteristik lahan merupakan sifat fisika dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan. Langkah-langkah yaitu pembukaan lahan dan pembuatan (jalan, parit, dan teras) (Kriswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B :Teknologi Budidaya Sawit).
1.4 Penanaman
Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanamn monokultur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah yang dilakukan setelah persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legumen cover crop atau LCC) pada areal tanamn kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpang sari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalaha 50 x 40 x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah utara dan selatan lubang (Kiswanto, Purwanta, J. M, Wijayanto, B : Teknologi Budidaya Sawit).
1.5 Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
1.5.1 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang dilakukan penyulaman.
1.5.2 Penanaman tanaman penutup tanah
Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologis tanah, menncegah erosi dan mempertahankan kelembapan tanah, menekan gulma, yang dilakukan setelah persiapan lahan se;esai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
1.5.3 Pembentukan piringan
Piringaan disekitar kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah disekitar tanaman dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dari gulma.
1.5.4 Pemupukan
Jenis pemupukan yang diberikan adalah pupuk NPK, Mg dan B (Urea, TSP, KCL, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman mudah sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficienci) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai degan kebutuhan sawit.
Pupuk N ditabur merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok.
Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik uatama (kesesuaian lahan aktualditambah teknologi dan modal). Sementara itu karakteristik lahan merupakan sifat fisika dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan. Langkah-langkah yaitu pembukaan lahan dan pembuatan (jalan, parit, dan teras) (Kriswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B :Teknologi Budidaya Sawit).
1.4 Penanaman
Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanamn monokultur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah yang dilakukan setelah persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legumen cover crop atau LCC) pada areal tanamn kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpang sari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalaha 50 x 40 x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah utara dan selatan lubang (Kiswanto, Purwanta, J. M, Wijayanto, B : Teknologi Budidaya Sawit).
1.5 Pemeliharaan tanaman
Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
1.5.1 Penyulaman
Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang dilakukan penyulaman.
1.5.2 Penanaman tanaman penutup tanah
Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologis tanah, menncegah erosi dan mempertahankan kelembapan tanah, menekan gulma, yang dilakukan setelah persiapan lahan se;esai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
1.5.3 Pembentukan piringan
Piringaan disekitar kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah disekitar tanaman dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dari gulma.
1.5.4 Pemupukan
Jenis pemupukan yang diberikan adalah pupuk NPK, Mg dan B (Urea, TSP, KCL, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman mudah sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficienci) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai degan kebutuhan sawit.
Pupuk N ditabur merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok.
Pupuk N, P, K, Mg, dan B ditabur merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung ttajuk daun.
1.5.5 Pemangkasan daun
Tujuannya untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta mempermudah pemanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan yaitu:
1) Pemangkasan pasir, dilakukan saat tanaman berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk membuang daun-daun kering dan buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
2) Pemangkasan prosuksi, dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah daun songgo duan (daun yang tumbuhnya menumpuk satu dengan yang lain), juga buah yang busuk. Alat yang digunakan sama seperti pada pemangkasan pasir.
3) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54 helai.
1.6 Pengendalian gulma, hama dan penyakit
Pengendalian gulma dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan diantara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah golongan insekta atau serangga, sedangkan penyakit yang biasanya menyerang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.
1.7 Panen
Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah umur 2,5 tahun dan 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen setelah berumur 31 bulan. Ciri tandan yang matang sedikitnya ada 5 buah yang lepas atau jatuh(brondolan).
BAB 2. KUJUNGAN
LAPANGAN
Kunjungan lapangan
dilakukan di Poli Teknik Negeri Jember yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017
dan narasumbernya yaitu Bapak Sugeng Hariyanto dari perkebunan PT. Astra Agro
Lestari. Tbk (PT. Waru Kaltim Plantation).
2.1 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
Pembibitan yang dilakukan yaitu melalui dua tahapan
meliputi tahapan pertama pembibitan awal (prenursery)
dan pembibitan utama (main nursery).
2.1.1 Pembibitan awal (prenursery)
Biji sawit dipisahkan dari
dagingnya lalu direndam dalam larutan
Dithane M-45,
setelah itu biji dikeringkan dan diseleksi untuk memilih bentuk yang seragam.
Setelah diseleksi biji sawit direndam dalam air selama 6-7 hari dengan
penggantian air secara teratur. Setelah proses perendaman selesai, biji kembali
direndam larutan Dithane M-45, lalu diangin-anginkan
agar kering. Biji dimasukkan ke dalam polybag
kecil (babybag) yang telah diisi tanah, tanah pada bagian atas adalah tanah yang sudah
diayak(tanah yang digunakan merupakan tanah top
soil yang bercampur pasir). Lalu
biji sawit dimasukkan kedalam babybag, tanah dalam polybag harus selalu lembab. Polybag
yang berisi bibit diletakkan di tempat yang tidak terlalu panas, biasanya
dibuatkan naungan tersendiri dari daun kelapa sawit.
Untuk
pemeliharaan bibit sawit dalam polybag disiram sebanyak dua kali sehari, kebutuhan air tiap
bibit sekitar 0,25 – 0,5 liter, namun jika curah hujan
mencapai 10 ml tidak perlu dilakukan penyiraman. Bibit
disiangi 2-3 kali dalam satu bulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma.
Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk namun jika bibit
tampak menguning, perlu dilakukan pemupukan menggunakan pupuk N berbentuk cair.
Konsentrasi pupuk sekitar 2 gram tiap liter air. Dilakukan seleksi benih pada
umur 4 dan 9 bulan, benih yang tidak normal atau berpenyakit harus dibuang.
Beberapa ciri bibit yang
tidak normal , yaitu anak daunnya sempit dan memanjang seperti
ilalang, pertumbuhan bibit terputar,
kerdil, lambat,
dan daunnya kusut, anak daun
tidak mengembang.
2.1.3
Pembibitan Utama (Main Nursery)
Pembibitan
utama dilakukan saat umur sawit 3-12 bulan hingga siap tanam. Saat berusia 3-4 bulan
atau memiliki 4-5 helai daun, bibit sawit dapat dipindahkan ke dalam polybag
(largebag).
Sebelum ditanam buat lubang sebesar babybag karena
pada tahapan main nursery melakukan
pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap
hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Penyiangan dilakukan
dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sekaligus menggemburkan tanah dengan
cara menusukkan batang kayu. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk
berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha
untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
Untuk perawatan dari hama
dapat dilakukan penyemprotan insektisida merk Sevin 85 ES dan Tendion, cara
lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil satu per satun hama lalu
membunuhnya.
Hama yang biasa menyerang bibit sawit antara lain:
- Ulat sapi (berwarna hijau atau coklat, memiliki bulu halus yang tajam)
- Ulat kantong (membentuk sarang seperti kantong menggantung di bawah daun)
- Belalang (memakan daun)
- Kumbang (menyebabkan pembusukan kuncup)
Penyakit yang menyerang
diantaranya adalah Crown disease (penyakit busuk tajuk, ditandai dengan
membusuknya daun yang baru muncul), Blast disease (penyakit busuk akar
yang disebabkan serangan jamur phytium sp.). Untuk Crown disease
pencegahan hanya bisa dilakukan dengan mengurangi pupuk yang mengandung
nitrogen, sedangkan Blast disease hanya bisa dilakukan pencabutan dan
pembakaran tanaman agar tidak menyebar.
Bibit terlebih dahulu
diseleksi sebelum dipindahkan ke lahan tanam, bibit yang tidak normal harus
dibuang. Ciri – cirinya antara lain,
yaitu memanjang kaku, tinggi
melebihi rata – rata bibit merunduk,
daun yang tidak membelah.
2.3 Pengolahan Lahan
2.3.1 Pembersihan lahan
Lahan dibesihkan dari
segala macam tanaman yang ada, pembersihan dilakukan menggunakan alat berat
maupun manual (untuk tanaman kecil).
2.3.2 Pembuatan parit
Lebar parit sekitar 125 –
150 cm dengan kedalaman 80 – 100 cm, parit dibuat dengan menggali tanah
menggunakan alat berat.
2.3.3 Pembuatan teras
Pembuatan teras bertujuan
untuk mengurangi erosi dan menahan hilangnya topsoil yang mengandung
banyak unsur hara. Pembuatan teras dilakukan dengan menggali dan menimbun tanah
sehingga menjadi datar.
2.4 Penanaman
Bibit yang ditanam berumur
sekitar 12 – 14 bulan, bibit disemprot mengggunaka pestisida dengan dosis 0,1% sebelum dibawa ke lahan. Sekitar 2 – 4
minggu sebelum tanam dibuat lubang tanam dengan
lebar 60 cm dan dalam 40cm ,
serta diberi pupuk TSP lalu lubang dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Jarak tanam yang digunakan 9x7,8 m.
Dilakukan penyayatan dari
dasar ke bagian atas polybag, keluarkan bibit secara hati – hati. Tutup lubang
tanam hingga membentuk gundukan setinggi ± 5 cm, padatkan tanah agar tertanam
kokoh. Buat galian di sekitar gundukan untuk tempat memberi pupuk.
2.5 Pemeliharaan
2.5.1 Penyulaman
Penyulaman bertujuan untuk
mengganti bibit yang mati, penyulaman dilakukan dengan menggali kembali lubang
yang pohonnya telah mati, ukuran lubang 60x60 cm dengan kedalaman 50 cm, siram
bibit sulaman sebelum ditanam dan beri pupuk
sebanyak 350 gram untuk tiap bibit.
2.5.2 Penyiangan
Penyiangan bertujuan untuk
mengendalukan gulma serta ilalang. Penyiangan dilakukan dengan menyemprotkan
herbisida Glyfosat dengan sebanyak 6 – 10 ml tiap hektar. Biasanya pekerja
menghabiskan 4 liter larutan herbisida per hari kerja.
Termasuk juga tahapan membuat piringan.
2.6 Pemupukan
Pupuk yang digunakan
adalah pupuk anorganik, antara lain yaitu pupuk yang mengandung
unsur N, 46% Urea dan 21% ZA, pupuk yang mengandung
unsur P, 36% SP 36, 30% RP, 45% TSP, pupuk yang mengandung
unsur K, 60% MOP, 50% ZK, pupuk yang mengandung unsur
Mg, 26% Kieserite, 18% Dolomit.
Pemupukan biasanya
dilakukan sebanyak dua kali setiap tahun, yakni pada awal dan akhir musim
penghujan.
2.7 Panen
Tanaman sawit baru bisa
dipanen jika sudah berumur 3 – 4 tahun setelah tanam di lahan. Buah sawit dapat
dipanen apabila sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini
menandakan kandungan minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat
berupa pipa besi yang bagian ujungnya berbentuk pipih dan tajam
(dodos). Bagian pipih ini
berfungsi memotong tangkai buah sawit, caranya adalah dengan mendorong dengan
keras bagian yang tajam ke arah tangkai hingga buah sawit jatuh.
BAB 3. PEMBAHASAN
Biji sawit
dilakukan seleksi biji dengan cara larutah Dithane M-45. Setelah diseleksi biji
sawit direndam selama 6-7 hari dengan penggantian air secara berkala. Setelah
proses perendaman selesai, biji kembali di renda larutah Dithane M-45 lalu
diangin-anginka.
Pembibitan
dilakukan dua kali yaitu proses prenursery
dan Main nursery. Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk
namun jika tampak menguning perludilakukan pemupukan menggunakan pupuk N yang
dilarutkan di dalam air. Konsentrasi pupuk kurang lebih 2 gram per liter.
Dilakukan seleksi benih pada umur 4 dan umur 9 bulan, benih yang tidak normal
atau berpenyakit harus dibuang.
Saat berusia 3-4
bulan atau memiliki daun sebanyak 4-5 helai, bibit sawit dapa dipindah pada
tahapan Main nursery. Sebelum ditanam
buat lubang sebesar babybag karena pada tahapan main nursery melakukan pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap
hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk
berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha
untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
Untuk perawatan dari hama dapat dilakukan
penyemprotan insektisida merek Sevin 85 ES dan tendion. Hama yang bisa
menyerang bibit sawit antara lain, yaitu ulat sapi, ulat kantong, belalang, dan
kumbang.
Tanaman sawit baru bisa dipanen ketika berumur
kularang lebih 2,5 tahunsetelah tanam dilahan. Buah sawit dapat dipanen apabila
sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini menandakan kandungan
minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat linggis yangbagian
ujungnya pipih dan tajam.
BAB 4. KESIMPULAN
1. Metode yang
digunakasn sama dengan yang ada didalam buku hanaya ada perbedaan yang tidak
terlalu banyak pada pengaplikasiannya.
2. Teknologi yang
digunakan masih cenderung manual contohnya untuk melakukan penanaman masih
menggunakan cangkul, linggis, dan sekop, sedangkan untuk perawatannya hingga
panen masih menggunakan alat yang manula seperti dodos, gancu, dan arco.
DAFTAR PUSTAKA
Kiswanto, Purwanta,J.M,
Wijayanto,B. 2008. Teknologi Budidaya
Sawit. https://lampung.litbang.pertanian.go.id
[4 Maret 2017]
No comments:
Post a Comment