Pages

Saturday, June 15, 2019

Kelapa Sawit

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
            Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak (biodiesel) dan minyak makan. Dalam perkembangannya melalui produknya yaitu minyak kelapa sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri pangan maupun non pangan dalam negeri.
            Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan penyinaran yang normal dimana lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari. Oleh karena itu jarak penanaman kelapa sawit dibuat dengan ukuran 9 x 9 x 9 m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghindari etiolasi. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1.500 - 4.000 mm pertahun. Temperatur (suhu) yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24-28C. Jadi ketinggian yang ideal untuk kelapa sawit antara 1 - 500 mdpl. Kelembapan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit antara se kitar 80 - 90 % dan kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Jenis diantaranya yaitu dura, tenera, dan pisifera (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).



1.2 Teknik Budidaya Kelapa Sawit

          Menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap ditanam di perkebunan juga memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional. Metode pembibitan kelapa sawit biasanya menggunakan polibag nursery (bibit diletakkan didalam polibag). Pembibitan nursery dapat dibedakan menjadi single stage (tidak ada pembibitan awal) dan double stage (melalui tahapan awal). Perbedaan keduanya terletak pada teknis pembibitan dan aplikasinya dilapangan. Single stage artinya kecambah langsung ditanam didalam polibag besar, sebaliknya double stage, kecambah ditanam terlebih dahulu didalam polibag kecil (tahapan pembibitan awal), kemudian setelah berumur 2 - 3 bulan dipindahkan kedalam polibag besar (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).

1.3 Pengolahan Lahan
            Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi dan topografi lahan. Sebelum dibuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman.
                  Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik uatama (kesesuaian lahan aktualditambah teknologi dan modal). Sementara itu karakteristik lahan merupakan sifat fisika dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan. Langkah-langkah yaitu pembukaan lahan dan pembuatan (jalan, parit, dan teras) (Kriswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B :Teknologi Budidaya Sawit).

1.4 Penanaman
            Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanamn monokultur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah yang dilakukan setelah persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legumen cover crop atau LCC) pada areal tanamn kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpang sari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
                   Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalaha 50 x 40 x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah utara dan selatan lubang (Kiswanto, Purwanta, J. M, Wijayanto, B : Teknologi Budidaya Sawit).

1.5 Pemeliharaan tanaman
            Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
1.5.1 Penyulaman
         Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang dilakukan penyulaman.
1.5.2 Penanaman tanaman penutup tanah
         Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologis tanah, menncegah erosi dan mempertahankan kelembapan tanah, menekan gulma, yang dilakukan setelah persiapan lahan se;esai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
1.5.3 Pembentukan piringan 
         Piringaan disekitar kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah disekitar tanaman dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dari gulma.
1.5.4 Pemupukan
         Jenis pemupukan yang diberikan adalah pupuk NPK, Mg dan B (Urea, TSP, KCL, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman mudah sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficienci) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai degan kebutuhan sawit.

         Pupuk N ditabur merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok.

        Pupuk N, P, K, Mg, dan B ditabur merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung ttajuk daun.
1.5.5 Pemangkasan daun
Tujuannya untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta mempermudah pemanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan yaitu:
          1) Pemangkasan pasir, dilakukan saat tanaman berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk                   membuang daun-daun kering dan buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis             linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
          2) Pemangkasan prosuksi, dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun                  tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah daun songgo duan            (daun yang tumbuhnya menumpuk satu dengan yang lain), juga buah yang busuk. Alat yang                 digunakan sama seperti pada pemangkasan pasir.
          3) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud                        membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54             helai.

1.6 Pengendalian gulma, hama dan penyakit
        Pengendalian gulma dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan diantara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah golongan insekta atau serangga, sedangkan penyakit yang biasanya menyerang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.

1.7 Panen
        Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah umur 2,5 tahun dan 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen setelah berumur 31 bulan. Ciri tandan yang matang sedikitnya ada 5 buah yang lepas atau jatuh(brondolan).

BAB 2. KUJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan dilakukan di Poli Teknik Negeri Jember yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017 dan narasumbernya yaitu Bapak Sugeng Hariyanto dari perkebunan PT. Astra Agro Lestari. Tbk (PT. Waru Kaltim Plantation).
2.1 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
            Pembibitan yang dilakukan yaitu melalui dua tahapan meliputi tahapan pertama pembibitan awal (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery).
2.1.1 Pembibitan awal (prenursery)
            Biji sawit dipisahkan dari dagingnya lalu direndam dalam larutan Dithane M-45, setelah itu biji dikeringkan dan diseleksi untuk memilih bentuk yang seragam. Setelah diseleksi biji sawit direndam dalam air selama 6-7 hari dengan penggantian air secara teratur. Setelah proses perendaman selesai, biji kembali direndam larutan Dithane M-45, lalu diangin-anginkan agar kering. Biji dimasukkan ke dalam polybag kecil (babybag) yang telah diisi tanah, tanah pada bagian atas adalah tanah yang sudah diayak(tanah yang digunakan merupakan tanah top soil yang bercampur pasir). Lalu biji sawit dimasukkan kedalam babybag, tanah dalam polybag harus selalu lembab. Polybag yang berisi bibit diletakkan di tempat yang tidak terlalu panas, biasanya dibuatkan naungan tersendiri dari daun kelapa sawit.
            Untuk pemeliharaan bibit sawit dalam polybag disiram sebanyak dua kali sehari, kebutuhan air tiap bibit sekitar 0,25 – 0,5 liter, namun jika curah hujan mencapai 10 ml tidak perlu dilakukan penyiraman.  Bibit disiangi 2-3 kali dalam satu bulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk namun jika bibit tampak menguning, perlu dilakukan pemupukan menggunakan pupuk N berbentuk cair. Konsentrasi pupuk sekitar 2 gram tiap liter air. Dilakukan seleksi benih pada umur 4 dan 9 bulan, benih yang tidak normal atau berpenyakit harus dibuang.
            Beberapa ciri bibit yang tidak normal , yaitu anak daunnya sempit dan memanjang seperti ilalang, pertumbuhan bibit terputar, kerdil, lambat, dan daunnya kusut, anak daun tidak mengembang.

2.1.3 Pembibitan Utama (Main Nursery)
            Pembibitan utama dilakukan saat umur sawit 3-12 bulan hingga siap tanam. Saat berusia 3-4 bulan atau memiliki 4-5 helai daun, bibit sawit dapat dipindahkan ke dalam polybag (largebag). Sebelum ditanam buat lubang sebesar babybag karena pada tahapan main nursery melakukan pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan batang kayu. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
            Untuk perawatan dari hama dapat dilakukan penyemprotan insektisida merk Sevin 85 ES dan Tendion, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil satu per satun hama lalu membunuhnya.
Hama yang biasa menyerang bibit sawit antara lain:
  1. Ulat sapi (berwarna hijau atau coklat, memiliki bulu halus yang tajam)
  2. Ulat kantong (membentuk sarang seperti kantong menggantung di bawah daun)
  3. Belalang (memakan daun)
  4. Kumbang (menyebabkan pembusukan kuncup)
            Penyakit yang menyerang diantaranya adalah Crown disease (penyakit busuk tajuk, ditandai dengan membusuknya daun yang baru muncul), Blast disease (penyakit busuk akar yang disebabkan serangan jamur phytium sp.). Untuk Crown disease pencegahan hanya bisa dilakukan dengan mengurangi pupuk yang mengandung nitrogen, sedangkan Blast disease hanya bisa dilakukan pencabutan dan pembakaran tanaman agar tidak menyebar.
            Bibit terlebih dahulu diseleksi sebelum dipindahkan ke lahan tanam, bibit yang tidak normal harus dibuang. Ciri – cirinya antara lain, yaitu memanjang kaku, tinggi melebihi rata – rata bibit merunduk, daun yang tidak membelah.

2.3 Pengolahan Lahan
2.3.1 Pembersihan lahan
            Lahan dibesihkan dari segala macam tanaman yang ada, pembersihan dilakukan menggunakan alat berat maupun manual (untuk tanaman kecil).
2.3.2 Pembuatan parit
            Lebar parit sekitar 125 – 150 cm dengan kedalaman 80 – 100 cm, parit dibuat dengan menggali tanah menggunakan alat berat.
2.3.3 Pembuatan teras
            Pembuatan teras bertujuan untuk mengurangi erosi dan menahan hilangnya topsoil yang mengandung banyak unsur hara. Pembuatan teras dilakukan dengan menggali dan menimbun tanah sehingga menjadi datar.

2.4 Penanaman
            Bibit yang ditanam berumur sekitar 12 – 14 bulan, bibit disemprot mengggunaka pestisida dengan dosis 0,1% sebelum dibawa ke lahan. Sekitar 2 – 4 minggu sebelum tanam dibuat lubang tanam dengan lebar 60 cm dan dalam 40cm , serta diberi pupuk TSP lalu lubang dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Jarak tanam yang digunakan 9x7,8 m.
            Dilakukan penyayatan dari dasar ke bagian atas polybag, keluarkan bibit secara hati – hati. Tutup lubang tanam hingga membentuk gundukan setinggi ± 5 cm, padatkan tanah agar tertanam kokoh. Buat galian di sekitar gundukan untuk tempat memberi pupuk.

2.5 Pemeliharaan
2.5.1 Penyulaman
            Penyulaman bertujuan untuk mengganti bibit yang mati, penyulaman dilakukan dengan menggali kembali lubang yang pohonnya telah mati, ukuran lubang 60x60 cm dengan kedalaman 50 cm, siram bibit sulaman sebelum ditanam dan beri pupuk sebanyak 350 gram untuk tiap bibit.
2.5.2 Penyiangan
            Penyiangan bertujuan untuk mengendalukan gulma serta ilalang. Penyiangan dilakukan dengan menyemprotkan herbisida Glyfosat dengan sebanyak 6 – 10 ml tiap hektar. Biasanya pekerja menghabiskan 4 liter larutan herbisida per hari kerja. Termasuk juga tahapan membuat piringan.

2.6  Pemupukan
            Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik, antara lain yaitu pupuk yang mengandung unsur N, 46% Urea dan 21% ZA, pupuk yang mengandung unsur P, 36% SP 36, 30% RP, 45% TSP, pupuk yang mengandung unsur K, 60% MOP, 50% ZK, pupuk yang mengandung unsur Mg, 26% Kieserite, 18% Dolomit.
            Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua kali setiap tahun, yakni pada awal dan akhir musim penghujan.

2.7 Panen
            Tanaman sawit baru bisa dipanen jika sudah berumur 3 – 4 tahun setelah tanam di lahan. Buah sawit dapat dipanen apabila sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini menandakan kandungan minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat berupa pipa besi yang bagian ujungnya berbentuk pipih dan tajam (dodos). Bagian pipih ini berfungsi memotong tangkai buah sawit, caranya adalah dengan mendorong dengan keras bagian yang tajam ke arah tangkai hingga buah sawit jatuh.
BAB 3. PEMBAHASAN
Biji sawit dilakukan seleksi biji dengan cara larutah Dithane M-45. Setelah diseleksi biji sawit direndam selama 6-7 hari dengan penggantian air secara berkala. Setelah proses perendaman selesai, biji kembali di renda larutah Dithane M-45 lalu diangin-anginka.
Pembibitan dilakukan dua kali yaitu proses prenursery dan Main nursery. Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk namun jika tampak menguning perludilakukan pemupukan menggunakan pupuk N yang dilarutkan di dalam air. Konsentrasi pupuk kurang lebih 2 gram per liter. Dilakukan seleksi benih pada umur 4 dan umur 9 bulan, benih yang tidak normal atau berpenyakit harus dibuang.
Saat berusia 3-4 bulan atau memiliki daun sebanyak 4-5 helai, bibit sawit dapa dipindah pada tahapan Main nursery. Sebelum ditanam buat lubang sebesar babybag karena pada tahapan main nursery melakukan pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
Untuk perawatan dari hama dapat dilakukan penyemprotan insektisida merek Sevin 85 ES dan tendion. Hama yang bisa menyerang bibit sawit antara lain, yaitu ulat sapi, ulat kantong, belalang, dan kumbang.
Tanaman sawit baru bisa dipanen ketika berumur kularang lebih 2,5 tahunsetelah tanam dilahan. Buah sawit dapat dipanen apabila sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini menandakan kandungan minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat linggis yangbagian ujungnya pipih dan tajam.




BAB 4. KESIMPULAN
1.     Metode yang digunakasn sama dengan yang ada didalam buku hanaya ada perbedaan yang tidak terlalu banyak pada pengaplikasiannya.
2.     Teknologi yang digunakan masih cenderung manual contohnya untuk melakukan penanaman masih menggunakan cangkul, linggis, dan sekop, sedangkan untuk perawatannya hingga panen masih menggunakan alat yang manula seperti dodos, gancu, dan arco.






DAFTAR PUSTAKA
Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B. 2008. Teknologi Budidaya Sawit.                          https://lampung.litbang.pertanian.go.id [4 Maret 2017]
            

No comments:

Post a Comment