Pages

Tuesday, May 18, 2021

Sejarah Kedatangan Jepang ke Indonesia

 Pengeboman Pangkalan Angkatan Laut Amerika Serikat di Pear Harbour oleh Tentara Jepang

Sejak Pengeboman Pearl Harbour oleh angkatan Perang Jepang pada 8 Desember 1941, angkatan perang Jepang terus melancarkan serangan terhadap angkatan laut Amerika Serikat di Pasifik. Serangan yang tidak dapat dibendung membuat pasukan perang Jepang berhasil menghancurkan basis militer Amerika di Filipina. Serangan Jepang juga diarahkan ke Indonesia dengan tujuan untuk mendapatkan cadangan logistik dan bahan industri perang, seperti minyak bumi, timah, dan aluminium.

"Saat Jepang memasuki Indonesia sudah membawa kultur dan ideologi fasisme. Fasisme merupakan paham atau ideologi yang mana semua kekuasaan berada pada satu tangan seorang yang diktator dan otoriter. Dalam mengembangkan kehidupan berbangsa menjadi sangat nasionalistik, elitis, dan rasialis. Penataan kehidupan sosial dan ekonomi sangat ketat, sentralistik dalam sebuah korporasi pemerintah yang otoriter di bawah pemimpin yang diktator."

 

Kedatangan Tentara Jepang Ke Indonesia

Pada Januari 1942, Jepang mendarat dan memasuki Indonesia melalui Ambon dan menguasai seluruh Maluku. Meskipun KNIL (Koninklijk Nederlasndsch Indisch Leger) dan pasukan Australia berusaha menghalangi, tetapi kekuatan Jepang tidak dapat dibendung. Daerah Tarakan dan Balikpapan dikuasai Jepang pada 12 Januari 1942. Jepang kemudian menyerang Sumatra seletah berhasil memasuki Pontianak. Bersamaan dengan itu Jepang juga melakukan penyerangan ke Pulau Jawa pada bulan Februari 1942.

Pada tanggal 1 Maret 1942, kemenangan tentara Jepang dalam Perang Pasifik menunjukkan kemampuan Jepang dalam mengontrol wilayah yang sangat luas, yaitu dari Burma sapai Pulau Wake di Samudra Pasifik. Setelah daerah-daerah di luar Jawa dikuasai, Jepang memusatkan perhatianyya untuk menguasai tanah Jawa sebagai pusat pemerintahan Hindia Belanda. Untuk menghadapi invansi tentara Jepang, blok sekutu yang terdiri dari Belanda, Amerika Serikat, Australia, dan Inggris membentuk Komando Gabungan Tentara Serikat yang disebut ABDACOM (American British Dutch Australian Command) yang bermarkas di Lembang. Letnan Jenderal Ter Poorten diangkat menjadi Panglima ABDACOM. Namun kekuatan ABDACOM tidak mampu menyelamatkan Hindia Belanda dari kekalahan. Sementara itu, Gubernur Jendral Carda (Tjarda) pada Februari 1942 telah mengungsi ke Bandung.

Dalam pertempuran di Laut Jawa, Angkatan Laut Jepang berhasil menghancurkan pasukan gabungan Belanda-Inggris yang dipimpin oleh Laksamana Karel Doorman. Sisa-sisa pasukan dan kapal Belanda yang berhasil lolos terus melarikan diri menuju Australia. Sementara itu, Jendral Imamura dan pasukannya menndarat di Jawa pada tanggal 1 Maret 1942. Pendaratan pasukan Jepang ke Pulau Jawa terjadi di tiga tempat, yaitu di Banten dipimpin oleh Laksamana Imamura, di Eretan Wetan-Indramayu dipimpin oleh Kolonel Tonishori, dan ketiga di sekita Bojonegoro dipimpin oleh Mayjen Tsuchihashi. Tempat-tempat tersebut tidak diduga oleh Belanda jika ternyata digunakan sebagai pendaratan tentara Jepang. Sementara itu Jepang tidak menyerang Jakarta, karena pada saat itu Jakarta disiapkan oleh Belanda sebagai kota terbuka.

Untuk menghadapi pasukan Jepang, sebenarnya sekutu sudah mempersiapkan diri, yaitu antara lain berupa tentara gabungan ABDACOM, ditambah satu kompi Kadet dari Akademi Militer Kerajaan dan Korps Pendidikan Perwira Cadangan di Jawa Barat. Di Jawa Tengah, telah disiapkan empat batalion infanteri, sedangkan di Jawa Timur terdiri tiga batalion dengan satuan-satuan dari Inggris dan Amerika. Meskipun demikian, tentara Jepang mendarat di Jawa dengan jumlah yang sangat besar dan berhasil merebut tiap daerah hampir tanpa perlawanan.

Pasukan Jepang dengan cepat menyerbu pusat-pusat kekuuatan tentara Belanda di Jawa. Tanggal 5 Maret 1942 Batavia jatuh ketangan Jepang. Tentara Jepang teruus bergerak ke seleatan dan menguasai kota Buitenzrog (Bogor sekarang). Denagan mudah kota-kota di Jawa yang lain juga jatuh ke tangan Jepang. Akhirnya pada tanggal 8 Maret 1942 Jenderal Ter Poorten atas nama komandan pasukan Belanda/Sekutu menandatangani penyerahan tidak bersyarat kepada Jepang yang diwakilkan Jenderal Imamura. Penandatanganan ini dilaksanakan di Kalijati, Subang. Penyerahan Belanda kepada Jepang dikenal dengan Kapitulasi Kalijati. Dengan demikian, berakhirlah masa penjajahan Belanda di Indonesia. Kemudian Indoneisa berada di bawah pendudukan tentara Jepang. Gubernur Jenderal TJarda ditawan. Namun, Belanda segera mendirikan pemerintahan pelarian (exile goverment) di Ausstralia dibawah pimpinan H.J. Van Mook.

Tentara Jepang menguasai Indonesia dengan begitu cepat. Hal ini berkaitan dengan perkembangan Negeri Sakura atau Negeri Matahari menjadi negara industri dan tampil sebagai imperialis, Jepang mulai membutuhkan daerah--daerah baru. Salah satu daerah baru yang dimaksud adalah Indonesia. Keinginan Jepang untuk menguasai Indonesia karena Indonesia kaya akan sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan untuk perkembangan industri Jepang. Jepang dengan slogan Hakko Ichiu yang diperkenalkan oleh Kaisar Jimmu adalah doktrin untuk menguasai dunia dan satu-satunya kekaisaran. Doktrin Hakko Ichiu, kemudian dimodifikasi sebagai alat propaganda dan alat politik untuk mencapai tujuan pemerintah Jepang. Slogan ini juga diilhami oleh ajaran Shintoisme yang menerima dan memadukan semua tradisi termasuk kehidpan spiritual yang masuk ke Jepang, tanpa menghilangkan tradisi aslinya. Hakko Ichiu telah menjadi slogan dari ajaran tentang kesatuan keluarga umat manusia. Ajaran ini diterjemahkan bahwa Jepang sebagai negara maju bertanggung jawab untuk membentuk kesatuan keluarga umat manusia dengan memajukan dan mempersatukan bangsa-bangsa di dunia, termasuk Indonesia. Ajaran Hakko Ichiu diperkuat oleh keterangan antopolog yang menyatakan bahwa bangsa Jepang dan Indonesia serumpun. Untuk merealisasikan keinginannya itu, maka sebelum gerakan tentara Jepang itu datang ke Indonesia, Jepang sudah mengirim pada spionase untuk datang ke Indonesia pada tahun-tahun sebelumnya. 

Sumber : Lestariningsih. A. D., Sardiman A. M., Sejarah Indonesia. 2017. Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud. Jakarta.

No comments:

Post a Comment