Pages

Saturday, June 15, 2019

ALAT DAN MESIN PENGOLAHAN TANAH


TRAKTOR RODA DUA (HAND TRACTOR)

Traktor roda dua atau traktor tangan (power tiller/hand tractor) adalah mesin pertanian yang dapat dipergunakan untuk mengolah tanah dan lain-lain pekerjaan pertanian dengan alat pengolah tanahnya digandengkan/dipasang di bagian belakang mesin. Mesin ini mempunyai efesiensi tinggi, karena pembalikan dan pemotongan tanah dapat dikerjakan dalam waktu yang bersamaan. Traktor roda dua merupakan mesin serba guna karena dapat juga berfungsi sebagai tenaga penggerak untuk alat-alat lain seperti pompa air, alat prosesing, gandengan (trailer), dll (Kementan, 2015: 5).
Pada umumnya, traktor tangan digunakan pada lahan yang sempit dan banyak digunakan petani di Indonesia. Hal ini dikarenakan traktor tangan dapat berputar dengan tajam atau lintasan berputarnya yang sempit jika dibandingkan dengan mini traktor. Traktor tan
gan dengan daya yang kecil juga dapat digunakan pada kebun yang kecil (Garden Traktor), seperti untuk kebun sayuran organik dengan dengan sistem kelambu.
Traktor roda dua atau traktor tangan juga dapat mengolah tanah yang gembur dan dengan kelembaban tertentu, dan disesuaikan dengan kekuatan traktor tersebut. Oleh karena itu, traktor roda dua ini dapat dioperasikan pada lahan yang lembab atau basah dan tidak terlalau kering (Mundir, Tanpa Tahun: 8).
Berdasarkan kapasitasnya, traktor roda dua atau traktor tangan dapat dibagi menjadi tiga jenis, yaitu :
a.    Traktor tangan berukuran kecil, tenaga penggeraknya kurang dari 5 hp
b.   Traktor tangan berukuran sedang, tenaga penggeraknya antara 5 - 7 hp
c.    Traktor tangan berukuran besar, tenaga penggeraknya antara 7–12 hp (Mundir, Tanpa Tahun: 8).



PENGOLAHAN TANAH PRIMER

Pengolahan tanah primer dilakukan untuk memotong, rnemecah dan membalik tanah. Alat-alat pengolahan tanah pertama ada beberapa macam. Macam-macam alat yang tradisional, yaitu : cangkul, sekrop, linggis, garpu, dan sabit. Sementara macam-macam alat yang modern, yaitu: bajak singkal, bajak piringan, dan bajak pahat. (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 6)
A.  Bajak singkal (moldboard plow)
Bajak singkal digunakan untuk untuk membalik tanah. Bagian dari bajak ini yang memotong dan membalik tanah disebut bottom. Suatu bajak dapat terdiri dari satu bottom atau lebih. Bottom ini dibangun dari tiga bagian utama, yaitu : singkal (moldboard), pisau (share), dan penahan samping (landside). Ketiga bagian utama tersebut diikat dengan bagian yang disebut penyatu (frog). Unit ini dihubungkan dengan rangka (frame) melalui batang penarik (beam). Dilihat dari hasil kerjanya, bajak singkal dapat digolongkan atas bajak satu arah (one way) dan bajak dua arah (two ·way). (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 6-9).
B.  Bajak Piringan (disk plow)
Piringan dari bajak ini diikat pada batang penarik melalui bantalan (bearing), sehingga pada saat ditarik oleh traktor, piringannya dapat berputar. Setiap piringan biasanya dilengkapi dengan pengeruk (scraper) yang berguna untuk membersihkan tanah yang lengket pada piringan dan membantu dalam pembalikkan potongan tanah. Untuk menahan tekanan samping yang terjadi saat memotong tanah, bajak ini dilengkapi dengan roda alur belakang (rearfurrow wheel). Keuntungan dari menggunakan bajak ini adalah bajak ini cocok untuk semua jenis tanah (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 11-12).
C.  Bajak pahat (chisel plow)
Alat ini berbentuk tajak/pahat yang disusun pada suatu rangka. Digunakan untuk memecah tanah yang keras sampai ke kedalaman sekitar 45 cm. Dilengkapi dengan 2 buah roda yang berguna untuk transportasi dan mengatur kedalaman pemecah tanah. Jarak antara tajak dapat beragam dari 2,5 sampai 5 em. Alat ini, tidak membalik tanah seperti bajak yang lain, tapi hanya memecah tanah dan sering digunakan sebelum pembajakan tanah dimulai (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 16).
Alat tradisional
1)     Cangkul
Cangkul adalah alat tradisional tangan yang digunakan untuk menggali, membalikkan dan mengeruk tanah. Alat ini berbentuk seperti huruf L atau tepatnya angka 7(tujuh) terbaik, karena bentuknya mempunyai sudut kemiringan tertentu dan memang seperti angka 7 yang dibalik. Cangkul terbuat dari dua bahan material yang berbeda, dari kayu pada pegangan dan dari besi di bagian mata pisau cangkul. Bagian-bagian cangkul:
a)     (Gagang/Doran*)
Dibuat dari kayu, kayu apa saja, bahkan ada juga  yang dibuat dari batang pohon kelapa. Batang dibuat sedemikian rupa hingga nyaman dalam genggaman tangan, lazimnya dibuat bulat dengan  diameter sekitar 3Cm. Panjang gagang sekitar 80cm. Lebih jelasnya silahkan Lihat gambar di atas.
b)     Penyambung (Bawak*)
Terbuat dari besi, bentuk penyambung seperti anakan cangkul, ada lubang dan pipih di depan, fungsinya menyambung antara gagang dan mata-pisau. Untuk daya tahan san kekuatan cangkul terletak di sini, jika bahannya bagus maka cangkul akan kuat dan tahan akan daya cungkit. Dan pembuatan penyambung yang terbaik memang melalui proses pengecoran.
c)     Mata-pisau (cangkul/ pacul*)
Ini terbuat dari besi yang ditempa. Proses pembuatan nya bisa anda baca, klik disini. Dalam proses pembuatannya diujung mata pisau disisipkan besi baja agar cangkul bisa tajam membelah tanah. Bentuk dari mata-pisau cangkul hanya lah persegi panjang diujung belakang ada cekungan bentuk hutuf U untuk dipasangkan dengan penyambung.

2)     Sekrop
Sekop adalah alat yang biasa digunakan untuk mengangkut pasir. Tetapi dengan bentuk yang mirip dengan cangkul, ternyata sekop bisa dipakai untuk pengolahan tanah primer.
Alat sekop ini terbuat dari lempengan drum bekas seperti halnya alat pertanian osrok. Sehingga alat ini tergolong ringan untuk dibawa. Sekop ini terbagi menjadi tiga bagian yaitu bagian kepala, bagian tengah, dan bagian pegangan. Pada bagian kepala ini berbentuk lempengan melebar sebagai bagian utamanya. Pada bagian tengah merupakan bagian pegangan vertikal berupa garan yang terbuat dari kayu. Sedangkan pada bagian pegangan atas / pegangan horizontal ini berbentuk segitiga. Pada sisi kanan dan kirinya terbuat dari lempengan drum bekas sedangkan bagian untuk memegang secara horizontal terdapat pula garan dari kayu. Cara menggunakan sekop ini yaitu dengan meletakkan tangan kiri pada bagian tengah dan tangan kanan pada bagian pegangan atas.

3)     Linggis
Linggis merupakan alat berbentuk memanjang dengan bentuk lancip disatu sisi dan bentuk bedher disisi yang lainnya. Namun ada juga linggis dengan bentuk lancip dikedua sisinya maupun dengan bentuk bedher dikedua sisinya. Linggis terbuat dari besi baja sehingga sangat kuat untuk menambang batu secara tradisional. Akan tetapi ada juga linggis yang terbuat dari besi biasa. Linggis jenis ini sering kita sebut dengan linggis rintik. Pada pengolahan tanah, linggis berfungsi untuk membersihkan tanah dari tumbuhan pengganggu seprti alang-alang.
4)     Garpu
Garpu adalah alat pertanian yang digunakan untuk meratakan pupuk di sawah dan terutama adalah pupuk kandang.  garpu terbuat dari lempengan drum bekas yang di pande hingga menjadi alat seperti tiga jari. Untuk bentuk dari alat ini yaitu berupa 3 jari besi dengan lubang corong pada bagian atasnya sebagai tempat untuk dipasangi garan sebagai pegangannya. garpu mempunyai corong untuk wadah garan yang sejajar dangan 3 jari besi.
5)     Sabit
Arit atau sabit adalah satu alat bantu pertanian sejenis pisau berbentuk melengkung yang digunakan untuk memotong berbagai jenis tumbuhan, rumput-rumputan, padi, jagung bahkan alat ini biasa digunakan untuk memotong kayu. Bagian dalam dari lengkungan berbentuk tajam, bentuk lengkung ini memudahkan dalam proses memotong dengan cara mengiris bagian bawah tanaman yang dipotong dengan cara mengayunkan seperti gerakan memarang dengan satu tangan, atau ketika untuk mengumpulkan rumput atau memanen tanaman padi tangan yang lain biasanya memegang pokok tanaman yang akan di tebas. Alat pertanian arit ini terbuat dari besi baja sehingga tidak akan peyok saat digunakan. Pada bagian pegangan arit atau sabit ini terbuat dari kayu yang disebut garan. Dengan di pasangnya garan ini akan memudahkan dalam penggunaannya sekaligus lebih enak untuk dibawa.
6)     Bajak singkal dengan penggerak hewan
Bajak singkal termasuk bajak yang paling tua. Di Indonesia bajak singkal inilah yang paling sering digunakan oleh petani untuk melakukan pengolahan tanah, dengan tenaga ternak sapi atau kerbau sebagai sumber daya penariknya. Saat ini bajak singkal tidak hanya digerakkan oleh tenaga hewan, tetapi sudah menggunakan bahan bakar.


PENGOLAHAN TANAH SEKUNDER

Pengolahan tanah sekunder dilakukan setelah pembajakan. Dengan pengolahan tanah sekunder, tanah dapat menjadi gembur dan rata, tata air diperbaiki, sisa-sisa tanaman dan tumbuhan pengganggu dihancurkan, dan dapat membuat alur untuk penanaman. Alat tradisionalnya sama dengan alat pengolahan tanah primer, sedangkan alat yang modernnya, yaitu: garu (harrow) dan perata dan penggembur (land roller dan pulverizer) (Kementan, 2015: 23-24).
1.   Garu (harrow)
A.  Garu piringan (disk harrow)
Garu ini digunakan untuk memotong rumput-rumput pada permukaan tanah, menghancurkan permukaan tanah, penyiangan, dan menutup biji-bijian yang ditanam secara sebar. Garu piringan dapat mempunyai aksi tunggal (single action) apabila pada saat memotong tanah hanya melempar tanah ke satu arah saja dan dapat juga mempunyai aksi ganda (double action) apabila piringan yang di depan berlawanan arah dengan yang di belakang dalam melempar tanah (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 18-19).
B.  Garu paku (spike tooth harrow)
Garu ini terdiri dari beberapa baris gigi (paku) yang diikatkan pada rangka. Garu ini digunakan untuk menghaluskan dan meratakan tanah setelah pembajakan, serta untuk penyiangan pada tanaman yang baru tumbuh (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 19).
C.  Garu rotari (rotary harrow)
Garu rotari terdiri atas ada 2 macam, yaitu: garu rotari cangkul (rotary hoe harrow) dan garu rotari silang (rotary cross harrow). Fungsi dari garu rotari ini adalah untuk menghancurkan tanah lebih intensif (Dinas Perkebunan Povinsi Jawa Timur. 2013: 21-22).
2.   Land Rollers dan Pulverizers
Alat ini menyerupai piring-piring atau roda-roda yang disusun rapat pada satu as. Puingan piring dapat tajam atau bergerigi. Alat ini digunakan untuk penyelesaian dari proses pengolahan tanah untuk persemaian.


DAFTAR PUSTAKA



Kementan. 2015a. Modul Traktor Roda Dua (Hand Tractor). http://www.pertanian.go.id/pajale2015/i1.2.alsintan%202.%20Modul%20Traktor%20Roda%202%20(Hand%20Tractor).pdf [Diakses 15 April 2017].



Kementan. 2015b. Modul Traktor Roda Empat (Four Wheel Tractor). http://www.pertanian.go.id/pajale2015/i1.3.alsintan%203.%20Modul%20Traktor%20Roda%204.pdf. [Diakses 15 April 2017].



Mundir. Tanpa Tahun. Petunjuk Lapangan : Pengolahan Lahan Tanaman Padi. http://bp4k.blitarkab.go.id/wp-content/uploads/2016/10/Pengolahan-Lahan-Padi-mun.pdf. [Diakses 15 April 2017].







Kesimpulan

Pengolahan lahan terbagi menjadi dua pengolahan lahan primer dan sekunder yang memiliki proses yang berbeda. Proses pengolahan lahan primer melakukan pemotongan, pemecahan dan pembalikan tanah, sedangkan proses pengolahan lahan sekunder bertujuan agar tanah itu menjadi gembur dan rata , tata air diperbaiki, sisa tanaman dan gulma dihancurkan, dan membuat alur penanaman. Oleh karena itu terdapat banyak alat-alat dan mesin pertanian yang digunakan untuk membuat lahan tersebut dapat digunakan sebagai lahan pertanian.

Kelapa Sawit

BAB 1. TINJAUAN PUSTAKA
1.1 Pendahuluan
            Kelapa sawit (Elaeis) merupakan tanaman perkebunan penghasil minyak (biodiesel) dan minyak makan. Dalam perkembangannya melalui produknya yaitu minyak kelapa sawit, kelapa sawit memiliki peranan penting antara lain mampu mengganti kelapa sebagai sumber bahan baku mentah bagi industri pangan maupun non pangan dalam negeri.
            Tanaman kelapa sawit merupakan tanaman yang membutuhkan penyinaran yang normal dimana lama penyinaran matahari yang baik untuk kelapa sawit antara 5 - 7 jam/hari. Oleh karena itu jarak penanaman kelapa sawit dibuat dengan ukuran 9 x 9 x 9 m sehingga semua tanaman akan mendapatkan cahaya yang cukup untuk menghindari etiolasi. Kelapa sawit memerlukan curah hujan yang sangat tinggi yaitu 1.500 - 4.000 mm pertahun. Temperatur (suhu) yang optimal untuk pertumbuhan kelapa sawit 24-28C. Jadi ketinggian yang ideal untuk kelapa sawit antara 1 - 500 mdpl. Kelembapan yang optimum untuk tanaman kelapa sawit antara se kitar 80 - 90 % dan kecepatan angin 5 - 6 km/jam untuk membantu proses penyerbukan. Jenis diantaranya yaitu dura, tenera, dan pisifera (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).



1.2 Teknik Budidaya Kelapa Sawit

          Menyediakan bibit kelapa sawit yang superior dan siap ditanam di perkebunan juga memastikan ketersediaan bibit dalam jumlah yang cukup, berkualitas, dan tepat waktu dengan biaya yang rasional. Metode pembibitan kelapa sawit biasanya menggunakan polibag nursery (bibit diletakkan didalam polibag). Pembibitan nursery dapat dibedakan menjadi single stage (tidak ada pembibitan awal) dan double stage (melalui tahapan awal). Perbedaan keduanya terletak pada teknis pembibitan dan aplikasinya dilapangan. Single stage artinya kecambah langsung ditanam didalam polibag besar, sebaliknya double stage, kecambah ditanam terlebih dahulu didalam polibag kecil (tahapan pembibitan awal), kemudian setelah berumur 2 - 3 bulan dipindahkan kedalam polibag besar (Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B : Teknologi Budidaya Sawit).

1.3 Pengolahan Lahan
            Persiapan atau pembukaan lahan merupakan kegiatan fisik awal terhadap areal lahan pertanaman. Pembukaan lahan sangat tergantung pada jenis vegetasi dan topografi lahan. Sebelum dibuka lahan disarankan melakukan studi kesesuaian lahan untuk menilai lahan tersebut sesuai atau tidak untuk pertumbuhan kelapa sawit dan mendukung produktivitas tanaman.
                  Kesesuaian lahan dapat dinilai berdasarkan kesesuaian lahan aktual dan kesesuaian lahan potensial. Kesesuaian lahan aktual adalah kesesuaian lahan tanpa perbaikan karakteristik utama lahan. Kesesuaian lahan potensial adalah kesesuaian lahan setelah dilakukan upaya perbaikan karakteristik uatama (kesesuaian lahan aktualditambah teknologi dan modal). Sementara itu karakteristik lahan merupakan sifat fisika dan kimia suatu lingkungan yang dapat diukur secara langsung berhubungan dengan penggunaan lahan untuk perkebunan. Langkah-langkah yaitu pembukaan lahan dan pembuatan (jalan, parit, dan teras) (Kriswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B :Teknologi Budidaya Sawit).

1.4 Penanaman
            Pola tanam kelapa sawit dapat monokultur ataupun tumpangsari. Pada pola tanamn monokultur, sebaiknya penanaman tanaman kacang-kacangan (LCC) sebagai tanaman penutup tanah yang dilakukan setelah persiapan lahan selesai. Tanaman penutup tanah (legumen cover crop atau LCC) pada areal tanamn kelapa sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat-sifat fisika, kimia dan biologis tanah, mencegah erosi, mempertahankan kelembapan tanah dan menekan pertumbuhan tanaman pengganggu (gulma). Sedangkan pada pola tanam tumpang sari tanah diantara tanaman kelapa sawit sebelum menghasilkan dapat ditanami tanaman ubi kayu, jagung atau padi.
                   Lubang tanam dibuat beberapa hari sebelum menanam. Ukurannya adalaha 50 x 40 x 40 cm. Pada waktu menggali lubang, tanah bagian atas dan bawah dipisahkan, masing-masing di sebelah utara dan selatan lubang (Kiswanto, Purwanta, J. M, Wijayanto, B : Teknologi Budidaya Sawit).

1.5 Pemeliharaan tanaman
            Pemeliharaan tanaman meliputi penyulaman, penanaman tanaman penutup tanah, membentuk piringan (bokoran), pemupukan, dan pemangkasan daun.
1.5.1 Penyulaman
         Penyulaman dilakukan untuk menggantikan tanaman yang mati atau tumbuh kurang baik. Bibit yang digunakan harus seumur dengan tanaman yang dilakukan penyulaman.
1.5.2 Penanaman tanaman penutup tanah
         Penanaman tanaman kacang-kacangan penutup tanah (LCC) pada areal tanaman sawit sangat penting karena dapat memperbaiki sifat fisika, kimia, dan biologis tanah, menncegah erosi dan mempertahankan kelembapan tanah, menekan gulma, yang dilakukan setelah persiapan lahan se;esai. Jenis-jenis tanaman kacang-kacangan yang umum di perkebunan kelapa sawit adalah Centrosema pubescens, Colopogonium mucunoides dan Pueraria javanica. Biasanya penanaman tanaman kacangan ini dilakukan tercampur (tidak hanya satu jenis).
1.5.3 Pembentukan piringan 
         Piringaan disekitar kelapa sawit harus tetap bersih. Oleh karena itu tanah disekitar tanaman dengan jari-jari 1-2 m dari tanaman harus selalu bersih dari gulma.
1.5.4 Pemupukan
         Jenis pemupukan yang diberikan adalah pupuk NPK, Mg dan B (Urea, TSP, KCL, Kiserit dan Borax). Pemupukan tambahan dengan pupuk Borax pada tanaman mudah sangat penting, karena kekurangan Borax (Boron deficienci) yang berat dapat mematikan tanaman kelapa sawit. Dosis pupuk yang digunakan disesuaikan dengan umur tanaman atau sesuai degan kebutuhan sawit.

         Pupuk N ditabur merata mulai jarak 50 cm dari pokok sampai pinggir luar piringan. Pupuk P, K dan Mg harus ditaburkan merata pada jarak 1-3 m dari pokok. Pupuk B ditaburkan merata pada jarak 30-50 cm dari pokok.

        Pupuk N, P, K, Mg, dan B ditabur merata dalam piringan mulai jarak 20 cm dari pokok sampai ujung ttajuk daun.
1.5.5 Pemangkasan daun
Tujuannya untuk memperoleh pohon yang bersih dengan jumlah daun yang optimal dalam satu pohon serta mempermudah pemanenan. Memangkas daun dilaksanakan sesuai umur atau tingkat pertumbuhan tanaman. Macam-macam pemangkasan yaitu:
          1) Pemangkasan pasir, dilakukan saat tanaman berumur 16-20 bulan dengan maksud untuk                   membuang daun-daun kering dan buah pertama yang busuk. Alat yang digunakan adalah jenis             linggis bermata lebar dan tajam yang disebut dodos.
          2) Pemangkasan prosuksi, dilakukan pada umur 20-28 bulan dengan memotong daun-daun                  tertentu sebagai persiapan pelaksanaan panen. Daun yang dipangkas adalah daun songgo duan            (daun yang tumbuhnya menumpuk satu dengan yang lain), juga buah yang busuk. Alat yang                 digunakan sama seperti pada pemangkasan pasir.
          3) Pemangkasan pemeliharaan, dilakukan setelah tanaman berproduksi dengan maksud                        membuang daun-daun songgo dua sehingga setiap pokok hanya terdapat daun sejumlah 28-54             helai.

1.6 Pengendalian gulma, hama dan penyakit
        Pengendalian gulma dilakukan untuk menghindari terjadinya persaingan diantara tanaman kelapa sawit dengan gulma dalam pemanfaatan unsur hara, air dan cahaya, sedangkan pengendalian hama dan penyakit dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian dari hama dan penyakit yang menyerang tanaman kelapa sawit. Hama yang sering menyerang tanaman kelapa sawit adalah golongan insekta atau serangga, sedangkan penyakit yang biasanya menyerang disebabkan oleh jamur, bakteri dan virus.

1.7 Panen
        Tanaman kelapa sawit mulai berbuah setelah umur 2,5 tahun dan 5,5 bulan setelah penyerbukan. Dapat dipanen setelah berumur 31 bulan. Ciri tandan yang matang sedikitnya ada 5 buah yang lepas atau jatuh(brondolan).

BAB 2. KUJUNGAN LAPANGAN

Kunjungan lapangan dilakukan di Poli Teknik Negeri Jember yang dilakukan pada tanggal 6 Maret 2017 dan narasumbernya yaitu Bapak Sugeng Hariyanto dari perkebunan PT. Astra Agro Lestari. Tbk (PT. Waru Kaltim Plantation).
2.1 Budidaya Tanaman Kelapa Sawit
            Pembibitan yang dilakukan yaitu melalui dua tahapan meliputi tahapan pertama pembibitan awal (prenursery) dan pembibitan utama (main nursery).
2.1.1 Pembibitan awal (prenursery)
            Biji sawit dipisahkan dari dagingnya lalu direndam dalam larutan Dithane M-45, setelah itu biji dikeringkan dan diseleksi untuk memilih bentuk yang seragam. Setelah diseleksi biji sawit direndam dalam air selama 6-7 hari dengan penggantian air secara teratur. Setelah proses perendaman selesai, biji kembali direndam larutan Dithane M-45, lalu diangin-anginkan agar kering. Biji dimasukkan ke dalam polybag kecil (babybag) yang telah diisi tanah, tanah pada bagian atas adalah tanah yang sudah diayak(tanah yang digunakan merupakan tanah top soil yang bercampur pasir). Lalu biji sawit dimasukkan kedalam babybag, tanah dalam polybag harus selalu lembab. Polybag yang berisi bibit diletakkan di tempat yang tidak terlalu panas, biasanya dibuatkan naungan tersendiri dari daun kelapa sawit.
            Untuk pemeliharaan bibit sawit dalam polybag disiram sebanyak dua kali sehari, kebutuhan air tiap bibit sekitar 0,25 – 0,5 liter, namun jika curah hujan mencapai 10 ml tidak perlu dilakukan penyiraman.  Bibit disiangi 2-3 kali dalam satu bulan atau disesuaikan dengan pertumbuhan gulma. Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk namun jika bibit tampak menguning, perlu dilakukan pemupukan menggunakan pupuk N berbentuk cair. Konsentrasi pupuk sekitar 2 gram tiap liter air. Dilakukan seleksi benih pada umur 4 dan 9 bulan, benih yang tidak normal atau berpenyakit harus dibuang.
            Beberapa ciri bibit yang tidak normal , yaitu anak daunnya sempit dan memanjang seperti ilalang, pertumbuhan bibit terputar, kerdil, lambat, dan daunnya kusut, anak daun tidak mengembang.

2.1.3 Pembibitan Utama (Main Nursery)
            Pembibitan utama dilakukan saat umur sawit 3-12 bulan hingga siap tanam. Saat berusia 3-4 bulan atau memiliki 4-5 helai daun, bibit sawit dapat dipindahkan ke dalam polybag (largebag). Sebelum ditanam buat lubang sebesar babybag karena pada tahapan main nursery melakukan pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Penyiangan dilakukan dengan cara mencabut gulma yang tumbuh sekaligus menggemburkan tanah dengan cara menusukkan batang kayu. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
            Untuk perawatan dari hama dapat dilakukan penyemprotan insektisida merk Sevin 85 ES dan Tendion, cara lain yang dapat dilakukan adalah dengan mengambil satu per satun hama lalu membunuhnya.
Hama yang biasa menyerang bibit sawit antara lain:
  1. Ulat sapi (berwarna hijau atau coklat, memiliki bulu halus yang tajam)
  2. Ulat kantong (membentuk sarang seperti kantong menggantung di bawah daun)
  3. Belalang (memakan daun)
  4. Kumbang (menyebabkan pembusukan kuncup)
            Penyakit yang menyerang diantaranya adalah Crown disease (penyakit busuk tajuk, ditandai dengan membusuknya daun yang baru muncul), Blast disease (penyakit busuk akar yang disebabkan serangan jamur phytium sp.). Untuk Crown disease pencegahan hanya bisa dilakukan dengan mengurangi pupuk yang mengandung nitrogen, sedangkan Blast disease hanya bisa dilakukan pencabutan dan pembakaran tanaman agar tidak menyebar.
            Bibit terlebih dahulu diseleksi sebelum dipindahkan ke lahan tanam, bibit yang tidak normal harus dibuang. Ciri – cirinya antara lain, yaitu memanjang kaku, tinggi melebihi rata – rata bibit merunduk, daun yang tidak membelah.

2.3 Pengolahan Lahan
2.3.1 Pembersihan lahan
            Lahan dibesihkan dari segala macam tanaman yang ada, pembersihan dilakukan menggunakan alat berat maupun manual (untuk tanaman kecil).
2.3.2 Pembuatan parit
            Lebar parit sekitar 125 – 150 cm dengan kedalaman 80 – 100 cm, parit dibuat dengan menggali tanah menggunakan alat berat.
2.3.3 Pembuatan teras
            Pembuatan teras bertujuan untuk mengurangi erosi dan menahan hilangnya topsoil yang mengandung banyak unsur hara. Pembuatan teras dilakukan dengan menggali dan menimbun tanah sehingga menjadi datar.

2.4 Penanaman
            Bibit yang ditanam berumur sekitar 12 – 14 bulan, bibit disemprot mengggunaka pestisida dengan dosis 0,1% sebelum dibawa ke lahan. Sekitar 2 – 4 minggu sebelum tanam dibuat lubang tanam dengan lebar 60 cm dan dalam 40cm , serta diberi pupuk TSP lalu lubang dibiarkan terbuka selama 1 minggu. Jarak tanam yang digunakan 9x7,8 m.
            Dilakukan penyayatan dari dasar ke bagian atas polybag, keluarkan bibit secara hati – hati. Tutup lubang tanam hingga membentuk gundukan setinggi ± 5 cm, padatkan tanah agar tertanam kokoh. Buat galian di sekitar gundukan untuk tempat memberi pupuk.

2.5 Pemeliharaan
2.5.1 Penyulaman
            Penyulaman bertujuan untuk mengganti bibit yang mati, penyulaman dilakukan dengan menggali kembali lubang yang pohonnya telah mati, ukuran lubang 60x60 cm dengan kedalaman 50 cm, siram bibit sulaman sebelum ditanam dan beri pupuk sebanyak 350 gram untuk tiap bibit.
2.5.2 Penyiangan
            Penyiangan bertujuan untuk mengendalukan gulma serta ilalang. Penyiangan dilakukan dengan menyemprotkan herbisida Glyfosat dengan sebanyak 6 – 10 ml tiap hektar. Biasanya pekerja menghabiskan 4 liter larutan herbisida per hari kerja. Termasuk juga tahapan membuat piringan.

2.6  Pemupukan
            Pupuk yang digunakan adalah pupuk anorganik, antara lain yaitu pupuk yang mengandung unsur N, 46% Urea dan 21% ZA, pupuk yang mengandung unsur P, 36% SP 36, 30% RP, 45% TSP, pupuk yang mengandung unsur K, 60% MOP, 50% ZK, pupuk yang mengandung unsur Mg, 26% Kieserite, 18% Dolomit.
            Pemupukan biasanya dilakukan sebanyak dua kali setiap tahun, yakni pada awal dan akhir musim penghujan.

2.7 Panen
            Tanaman sawit baru bisa dipanen jika sudah berumur 3 – 4 tahun setelah tanam di lahan. Buah sawit dapat dipanen apabila sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini menandakan kandungan minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat berupa pipa besi yang bagian ujungnya berbentuk pipih dan tajam (dodos). Bagian pipih ini berfungsi memotong tangkai buah sawit, caranya adalah dengan mendorong dengan keras bagian yang tajam ke arah tangkai hingga buah sawit jatuh.
BAB 3. PEMBAHASAN
Biji sawit dilakukan seleksi biji dengan cara larutah Dithane M-45. Setelah diseleksi biji sawit direndam selama 6-7 hari dengan penggantian air secara berkala. Setelah proses perendaman selesai, biji kembali di renda larutah Dithane M-45 lalu diangin-anginka.
Pembibitan dilakukan dua kali yaitu proses prenursery dan Main nursery. Selama proses prenursery bibit tidak diberi pupuk namun jika tampak menguning perludilakukan pemupukan menggunakan pupuk N yang dilarutkan di dalam air. Konsentrasi pupuk kurang lebih 2 gram per liter. Dilakukan seleksi benih pada umur 4 dan umur 9 bulan, benih yang tidak normal atau berpenyakit harus dibuang.
Saat berusia 3-4 bulan atau memiliki daun sebanyak 4-5 helai, bibit sawit dapa dipindah pada tahapan Main nursery. Sebelum ditanam buat lubang sebesar babybag karena pada tahapan main nursery melakukan pemindahan bibit dari dalam prenursery. Untuk penyiraman dilakuakn setiap hari dua kali penyiraman pagi dan sore hari menggunakan keriko. Untuk pupuk dianjurkan menggunakan pupuk majemuk berupa N-P-K-Mg dengan perbandingan 15-15-6-4/ha untuk jumlah 11.000 bibit, serta ditambah kieserite (pupuk yang mengandung unsur Ca dan Mg).
Untuk perawatan dari hama dapat dilakukan penyemprotan insektisida merek Sevin 85 ES dan tendion. Hama yang bisa menyerang bibit sawit antara lain, yaitu ulat sapi, ulat kantong, belalang, dan kumbang.
Tanaman sawit baru bisa dipanen ketika berumur kularang lebih 2,5 tahunsetelah tanam dilahan. Buah sawit dapat dipanen apabila sudah berubah warna menjadi merah atau orange, warna ini menandakan kandungan minyak telah maksimal. Panen dilakukan menggunakan alat linggis yangbagian ujungnya pipih dan tajam.




BAB 4. KESIMPULAN
1.     Metode yang digunakasn sama dengan yang ada didalam buku hanaya ada perbedaan yang tidak terlalu banyak pada pengaplikasiannya.
2.     Teknologi yang digunakan masih cenderung manual contohnya untuk melakukan penanaman masih menggunakan cangkul, linggis, dan sekop, sedangkan untuk perawatannya hingga panen masih menggunakan alat yang manula seperti dodos, gancu, dan arco.






DAFTAR PUSTAKA
Kiswanto, Purwanta,J.M, Wijayanto,B. 2008. Teknologi Budidaya Sawit.                          https://lampung.litbang.pertanian.go.id [4 Maret 2017]